Sunday, November 24, 2019

Resensi Novel Critical Eleven

 Hasil gambar untuk novel critical eleven
IDENTITAS NOVEL
Judul buku      : Critical Eleven
Pengarang       : Ika Natassa
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit    : 2017
ISBN               : 9786020318929
Estimasi berat : 0.28 kg
Tahun terbit     : 10 Agustus 2015
Lebar buku      : 13 cm
Panjang buku  : 20 cm
Halaman          : 344 halaman
Bahasa             : Indonesia
Tipe cover       : Soft cover
Harga buku      : Rp. 79.000


SINOPSIS
Novel Critical Eleven menceritakan tentang kisah romansa yang berawal dari pertemuan antara Anya dan Ale dalam perjalanan udaranya dari Jakarta menuju Sydney. Dari perkenalan singkat inilah muncul istilah Critical Eleven, istilah tersebut berasal dari dunia penerbangan yang artinya sebelas menit paling kritis dalam penerbangan yaitu tiga menit saat lepas landas dan delapan menit sebelum mendarat. Pertemuan tersebut akhirnya membawa hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Keduanya harus menjalin hubungan jarak jauh dikarenakan Ale berprofesi sebagai petroleum engineer di Amerika dan Anya berprofesi sebagai management consultant di Jakarta, namun hal tersebut tidak sedikitpun mengurangi kemesraan dan keharmonisan hubungan mereka yang bahkan akan membuat beberapa orang iri ketika membacanya. Konflik cerita dimulai setelah Anya mengalami keguguran di usia kandungan yang terbilang sudah tua, pada saat itu pula Ale mengatakan hal yang tidak terduga sehingga menyinggung perasaan Anya dan akhirnya menjadikan hubungan mereka merenggang bahkan sampai pisah ranjang. Keharmonisan rumah tangga mereka pun langsung sirna begitu saja, semuanya berubah menjadi rumit, pelik dan mengharukan.


KELEBIHAN NOVEL
Karakter dan peran tokoh dalam cerita ini terasa sangat nyata menggunakan bahasa yang sangat elegan dan memukau bagi para pembaca. Banyak sekali kutipan kalimat indah di setiap paragrafnya. Terdapat banyak pelajaran hidup terutama dalam hal rumah tangga seperti tidak mengumbar konflik dalam rumah tangga kepada orang tua atau mertua, mereka bersikap seolah baik – baik saja di hadapan kedua orang tua masing – masing tanpa memperlihatkan sedikitpun adanya masalah diantara mereka berdua. Serta banyak referensi menarik mengenai barang-barang mewah dan bermerek dan pengetahuan umum.

KEKURANGAN NOVEL
Menurut saya kekurangan dari novel ini terdapat pada kurangnya riset mengenai perkembangan masa kehamilan, karena keguguran di usia kandungan yang terbilang tua seperti yang Anya alami itu sangat kecil sekali kemungkinannya apalagi hanya dkarenakan terlalu sibuk dengan pekerjaan atau kecapean, hal tersebut menjadi kurang logis saja. Pada masa kehamilan bulan ke – 9 harusnya bayi dalam kandungan sudah sangat kuat, keguguran di trimester 3 tersebut akan lebih logis apabila di ceritanya Anya mengalami kecelakaan seperti jatuh dari tangga atau lainnya.
Tidak selarasnya karakter tokoh dengan faktor pendukung, seperti Ale yang memelihara anjing bernama 'Jack' sedangkan dalam cerita Ale merupakan seorang muslim dan taat pada agamanya. Dan juga kebiasaan Anya meminum wine, namun yang saya tangkap disini mungkin Ika ingin menerapkan gaya hidup modern pada kisah romansa Anya dan Ale.
TOKOH DAN PENOKOHAN
1. Anya       : sabar, baik hati, penyabar, dan ceria
2. Ale          : pekerja keras, penyayang, baik hati, dan mudah emosi
3. Agnes      : sahabat Anya yang baik hati
4. Donny     : sahabat Anya yang suka menolong
5. Hasegawa: sahabat Anya yang suka menolong
6. Ibu Ale    : baik dan penyayang
7. Adik Ale : ramah dan baik hati
8. Tini         : teman Anya

Resensi Novel Surga yang Tak Dirindukan2-Asma Nadia

Hasil gambar untuk novel surga yang tak dirindukan2



















Identitas Buku
Judul Buku : Surga Yang Tak Dirindukan
Penulis buku : Asma Nadia
Penerbit Buku : Asma Nadia Publishing House
Kota Terbit : Depok
Tahun Terbit    : 2017
Tebal Buku : xii + 308 hlm; 20,5 cm x 14 cm
ISBN : 979-3062-79-7

SINOPSIS
Novel surga yang tak dirindukan ini menceritakan tentang kehidupan rumah tangga, seorang gadis yang selalu menghayalkan kehidupannya dalam cerita dongeng. Pada akhirnya ceritanya akan selalu hidup bahagia tetapi dalam kehidupan nyata justru berbanding terbalik dengan khayalannya tersebut. Kisah ini berawal dari kisah gadis yang bernama Arini. Bahwa kelak akan ada seorang lelaki tampan yang melamarnya dan hidup bahagia bersamanya selamanya. Akhirnya dia pun menikah dengan seorang lelaki yang bernama Andika Prasetya yang merupakan teman masa kecil Arini dan kakaknya. Kehidupan Arini dan suaminya berjalan dengan mulus. Dalam pernikahannya dikaruniai 3 orang anak yaitu Nadia, Adam, Putri. Setelah 10 tahun berlalu, Rumah tangga yang dulunya harmonis kini berubah  setelah pras menolong seorang perempuan yang mencoba bunuh diri dengan menabrakkan mobilnya dipembatas jalan. arena kehamilannya diluar pernikahan. Pras mengantarkan perempuan tersebut keRumah Sakit.
            Pras bertambah panik ketika dokter menyuruhnya untuk menandatangani sebuah surat yang menyatakan bahwa perempuan tersebut harus dioperasi, karena mengalami pendarahan. Kemudian Pras bersedia untuk menandatangani sebuah surat. Setelah perempuan tersebut di operasi pras merasa lega. Kemudian keduanya saling berkenalan  dan perempuan tersebut bernama mey rose. Selama beberapa hari dirawat diRumah Sakit, Pras memberikan perhatian yang lebih kepada Mey Rose. Dan Mey Rose pun merasa nyaman, sehingga diapun tidak menginginkan ada perpisahan diantara mereka. Hingga akhirnya Mey Rose pun berfikir untuk menikah dengan Pras. Pras pun merasa kasihan dengan Mey Rose dan anaknya. Akhirnya pun Pras menikahinya tanpa memberitahukan hal ini kepada Arini.
            Lama kelamaan Arini pun merasa curiga dengan sikap Pras, karena perhatian dan kasih sayangnya mulai berubah kepada keluarganya. Suatu ketika Arini menemukan surat dari Rumah Sakit tempat Pras memeriksakan anak Mey Rose. Kemudian Arini pun mendatangi Rumah Sakit tersebut dan menanyakan nomor telepone dari pasien tersebut. Setelah itu  Arini menelefon nomor tersebut. Arini pun terkejut karena yang mengangkat telephonnya adalah seorang wanita yang dengan bangganya menyebut dirinya sebagai “Nyonya Prasetya”.
            Setelah itu Arini mendatangi prasetya ke kantor, namun ditengah perjalanan Arini melihat Prasetya mencium kening seorang  perempuan dan mengusap kepala anak kecil yang berada disampingnya. Setelah itu Arini mengetahui bahwa Pras selingkuh dibelakangnya. Lalu Arini pergi meninggalkan tempat tersebut untuk pergi kerumah ibunya bersama tiga anaknya. Disana ia menceritakan semuanya kepada ibunya dan dia menenangkan pikirannya. Lalu dia menelephon rumah Mey Rose dan memintanya untuk meninggalkan Pras. Tetapi Mey Rose dengan tegas menolaknya kemudian Pras datang dan terkejut dengan adanya Arini dirumahnya.
             Akhirnya Pras menyesali perbuatannya yang telah berpoligami dengan Mey Rose. Arini juga berfikir bahwa dongeng milik perempuan memang harus mati agar dongeng perempuan lain mendapatkan kehidupan.

KELEBIHAN: Ceritanya dikemas secara menarik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat sekarang. Bahasanya mudah dipahami dan ceritanya tidak membosankan.

KEKURANGAN: Akhir cerita kurang klimaks. Sehingga, membuat pembaca merasa bingung untuk menentukan akhir ceritanya. 
 
TOKOH DAN PENOKOHAN
1. Arini       : sabar, baik hati, dan ikhlas
2. Pras         : penolong, baik hati, cerdas, dan ikhlas
3. Mei Rose: Penakut dan baik hati
4. Nadiya    : baik hati dan ceria

Saturday, November 23, 2019

Resensi Novel Bintang-Tere Liye

 
Hasil gambar untuk novel bintang karya tere liye

           
            A.    Judul Buku            : Bintang
B.     Pengarang             : Tere Liye
C.     Jumlah Halaman   : 392 halaman; 20 cm
D.    Penerbit                 : PT Gramedia Pustaka Utama
E.     Tahun Terbit          : 2017
F.      Cetakan ke            : satu (Juni 2017)
G.    ISBN                     : 9786020351179
H.    Harga                    : Rp 79.000,00.
I.       Jenis Buku            : Novel


SINOPSIS
Kami bertiga teman baik. Remaja, murid kelas sebelas. Penampilan kami sama seperti murid SMA lainnya. Tapi kami menyimpan rahaia besar.
Namaku Raib, aku bisa menghilang. Seli, teman semejaku bisa mengeluarkan petir daritelapak tangannya. Dan Ali, si biang kerok sekaligus si genius, bisa berubah menjadi beruang rakasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke dunia paralel yang tidak diketahui banyak orang, yang disebut Klan Bumi, Klan Bulan, Klan Matahari,dan Klan Bintang. Kami bertemu tokoh-tokoh hebat. Penduduk klan lain.
Ini petualangan keempat kami. Setelah tiga kali berhasil menyelamatkan dunia paralel dari kehancuran besar, kami harus menyaksikan bahwa kamilah yang melepaskan “musuh besar”-nya.
Ini ternyata bukan akhir petualangan, ini justru awal dari semuanya.
Itulah paragraf yang tertera di sampul bagian belakang novel Bintang karya Tere Liye. Matahari merupakan buku keempat dalam serial Bumi. Buku ini kembali mengisahkan petualangan tiga remaja yang bersahabat sejak kelas X, Raib, Seli, dan Ali dalam menjelajahi dunia pararel.
Dalam novel ini dan novel-novel serial Bumi sebelumnya, diceritakan bahwa Klan Bintang merupakan klan yang paling jauh dan paling menakjubkan diantara ketiga klan lainnya, Bumi, Bulan, Matahari. Letak Klan Bintang yang jauh serta misterius membuat klan ini tidak ada yang membahas atau tercatat dalam buku-buku klan lain.
Cerita dalam novel Bintang ini dimulai dari sekembalinya Raib dan kedua temanya dalam menemukan letak Klan Bintang serta mencari tahu apa yang terjadi di sana yang diceritakan dalam novel sebelumnya, yaitu Matahari. Dari petualangan tersebut, Raib, Seli, dan Ali memperoleh informasi bahwa Dewan Kota Zaramaraz berusaha menghancurkan klan di permukaan dengan cara meruntuhkan pasak bumi yang telah dijaga ribuan tahun. Setelah mendengar informasi tersbut, Raib, Seli, dan Ali langsung menuju Klan Bulan dengan menggunakan Buku Kehidupan milik Raib untuk melaporkannya kepada Av, Miss Selena, dan Ketua Konsil Klan Matahari yang baru.
Setelah mendengar laporan dari Raib, Seli, dan Ali mengenai rencana Dewan Kota Zaramaraz tersebut, para petinggi Klan Bulan dan Klan Bintang memutuskan membentuk tim yang terdiri dari Raib, Seli, Ali, serta sepuluh petarung terbaik dari Klan Bulan  dan Klan Matahri yang diketuai oleh Miss Selena untuk mencari serta mengamankan pasak bumi yang dimaksud Dewan Kota Zaramaraz.
Dengan kejeniusan yang dimiliki Ali, ia berhasil menyiskan enam titik dari ribuan titik magma yang memungkinkan akan dilepaskan oleh Dewan Kota Zaramaraz. Meski tinggal enam titik yang harus diperiksa, perjalanan mereka tetap tidak mudah. Mereka harus menyusuri lorong-lorong tak berpenghuni yang berbahaya dan harus menghadapi pasukan Klan Bintang yang berjaga setiap saat.
Tugas Raib serta pasukan lain dalam menemukan pasak yang dimaksud, ternyata membuat perjalanan ke Klan Bintang ini berbeda dengan perjalanan ke Klan Bintang sebelumnya yang diceritakan dalam novel Matahari. Ruangan-ruangan lain dalam Klan tersebut menjadi lebih tereksplor dan tentu saja membuat ceritanya menjadi tidak membosankan. Bukan hanya keunikan masing-masing ruangan, melainkan juga bagaimana pendapat serta hubungan masyarakat ruangan itu dengan Dewan Kota yang semakin mempertajam kesan bahwa Klan Bintang, dengan seluruh teknologi yang amat mutakhir, ternyata juga memiliki cacat.
Lalu, apakah Miss Selena, Raib, Seli, Ali, serta Pasukan dari Klan Bulan dan Klan Matahari berhasil menemukan serta mengamankan pasak yang dimaksud?
Dalam buku keempat serial Bumi ini, banyak yang akhirnya mengakui kecerdasan Ali. Disini, ia terlihat sangat genius, dan cerdik. Logika dan penjelasan-penjelasan yang ia paparkan sangat masuk akal. Terlebih lagi, dia telah membuat ILY versi 3.0 yang didesain lebih canggih dengan menambahkan teknologi baru yang dipelajari di Klan Bintang. 
Kebanyakan orang mengira bahwa Bintang merupakan buku terakhir dari Serial "Bumi". Tapi siapa sangka di akhir buku tertulis "Bersambung ke buku yang kelima, KOMET". Petualangan mereka belum berakhir. Masih ada misteri yang belum terpecahkan, salah satunya siapa orang tua Raib. Meskipun buku-buku serial Bumi ini bergenre fantasi, tetapi banyak sekali pesan moral yang disampaikan oleh Tere Liye yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini sangat cocok dibaca semua kalangn terutama para remaja seusia Raib.
 
 KELEBIHAN 
Kita bisa mengetahui atau membayangkan teknologi canggih yang dijelaskan di novel ini. Dalam penyelesaian masalah digunakan logika dan pemikiran yang luas.

KEKURANGAN
Dalam novel ini banyak istilah yang diganti sehingga tidak sesuai dengan buku sebelumnya. Banyak kata yang diulang dan menggunakan istilah-istilah yang sulit.   

UNSUR INTRINSIK NOVEL BINTANG
1. Tema : persahabatan dan petualangan
2. Latar
  • Latar tempat : aula sekolah, kantin, ruang kelas, rumah Raib, rumah Seli, rumah Ali, klan Bulan, dan klan Bintang
  • Latar waktu : pagi, siang, sore, dan malam
  • Latar suasana : santai, misterius, mengharukan, menegangkan, romantisme, persahabatan
3. Tokoh
 Tokoh utama : Raib, Ali, dan Seli
Tokoh kedua : Faarazaraaf, Sekretaris Dewan Kota, dan Kaar

Tokoh ketiga : Meer, Av, Ilo, Vey, Tog, Ou, orang tua Raib, orang tua Seli, Perwira Tinggi

4. Penokohan

  • Raib: pemarah, judes, berpendirian teguh, penyayang, pantang menyerah, usil, pemikir ,pemberani, suka berpetualang
  • Ali: jenius, cuek, introvert, ceria, pekerja keras, humoris, ambisius, suka berpetualang
  • Seli: ramah, polos, ceria
  • Faar: ramah, bijaksana, prinsipil, nekat
  • Sekretaris Dewan Kota: licik, ambisius, penjilat, sinis
  • Kaar: prinsipil, kreatif
  • Meer: prinsipil, naturalis, brilian

5. Alur: alur yang digunakan pada novel "Bintang" yaitu alur campuran

6. Sudut pandang: sudut pandang orang pertama (aku)

7. Amanat :seberat apapun masalah yang dimiliki tetapi sekali dicoba untuk dipecahkan akan menjadi ringan.

Resensi Novel Anak Rantau- A Fuadi


 Hasil gambar untuk NOVEL ANAK RANTAU

Judul Buku                  : Anak Rantau

Penulis                         : Ahmad Fuadi

Penerbit                       : PT Falcon

Kota Penerbit              : Jakarta

Tahun Terbit                : Agustus 2017

Jumlah Halaman          : 370

ISBN                           : 978-602-60514-9-3

Genre                          : Fiksi

Harga                          : Rp 89.000,00


SINOPSIS
         Ahmad Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau. Fuadi merantau ke Jawa untuk masuk sekolah agama, Pondok Modern Gontor. Di Gontor inilah yang menjadi inspirasinya menulis novel mega bestseller, Negeri 5 Menara. Selain itu, dia juga menerbitkan novel Ranah 3 Warna dan Rantai 1 Muara yang merupakan sekuel Negeri 5 Menara.
         Hepi, seorang perantau yang tidak memiliki niat untuk merantau. Dia merantau karena hukuman yang diberikan oleh ayahnya, Martiaz. Sang ayah yang merasa gagal mendidik anaknya seorang diri membawa Hepi ke kampong halamannya di Minang untuk dididik oleh kakek dan nenek Hepi.
         Hepi yang merasa ditinggalkan sang ayah membuat janji dengan penuh amarah dan dendam. Perasaan dendam yang akan dia sadari bahwa itu adalah sebuah rasa rindu. Demi memenuhi janji yang ia buat sendiri, Hepi berusaha mencari uang yang dibantu oleh 2 sahabatnya di kampong, Zen dan Attar. Dalam memenuhi janjinya sendiri, Hepi mengalami banyak pengalaman seru mulai dari mendatangi sarang jin, menghadapi lelaki misterius, dan menjadi detektif.

KELEBIHAN
         Novel ini merupakan novel yang sangat menarik. Cara Fuadi dalam menggambarkan awal kisah dari sebuah kejadian membuat pembaca segera ingin tahu kelanjutan kisahnya. Penggambaran penulis untuk tempat di dalam cerita sangat detail dan disediakan pula peta tempat di dalam cerita sehingga pembaca bisa lebih jelas memahami tempat-tempat dalam cerita. Selain itu, di dalam novel ini juga memberi pengetahuan berupa sejarah yang pernah terjadi di Indonesia.

KEKURANGAN
         Dalam novel ini banyak menggunakan bahasa dari daerah Minang seperti wa’ang, lapau, maota, dan sebagainya. Akan tetapi , arti dalam bahasa tersebut di letakkan di belakang setelah cerita selesai sehingga dapat menimbulkan kebingungan apabila tidak terbiasa. Maka dari itu, pembaca harus membaca secara seksama agar pembaca terbiasa dengan bahasa yang digunakan.

TOKOH
1. Tokoh Utama: Hepi
2. Tokoh Pendamping, diantaranya:
    a. Attar
    b. Zen
    c. Martiaz
    d. Datuak Mudo Labiah (kakek)
    e. Salisah
    f. Bang Lenon
    g. Bang Nopen
    h. Mak Tuo Ros.

Resensi Novel Bumi Manusia


 Hasil gambar untuk NOVEL BUMI MANUSIA


Judul      : Bumi Manusia
Penulis   : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit  : Lentera Dipantara
Cetakan  : 17 Januari 2011
Isi           : 535 hlm
ISBN      : 979-97312-3-2


SINOPSIS
      Bumi Manusia adalah buku pertama dari Tetralogi buru karya Pramoedya Ananta Toer. Buku ini ditulis Pramoedya ketika masih mendekam di Pulau Buru. Sebelum ditulis pada tahun 1975, sejak tahun 1973 terlebih dahulu diceritakan ulang kepada teman-temannya. Buku ini melingkupi masa kejadian antara tahun 1898 hingga tahun 1918, masa ini adalah masa munculnya pemikiran politik etis dan masa awal periode Kebangakitan Nasional . masa ini juga menjadi awal masuknya pemikiran rasional ke Hindia Belanda masa awal pertumbuhan organisasi-organisasi modern yang juga merupakan awal kelahiran demokrasi pola Revolusi Perancis.
Buku ini adalah karya yang begitu mengagumkan, di dalamnya begitu banyak pesan yang disampaikan secara tersirat maupun tersurat. Pramoedya Ananta Toer membuat ceritanya mengalir begitu saja dengan berbagai konflik yang monumental. Buku yang pernah saya baca memang tidaklah banyak, tapi sepanjang pengalaman saya dalam membaca buku, baru kali ini saya merasa benar-benar jatuh cinta pada buku ini. Kisah yang disajikan berlatar pada akhir abad 19 menjelang abad 20, memuat tentang keadaan social pada saat itu dengan segala permasalahan yang ada. Alur ceritanya begitu menarik untuk di ikuti, keadaan masyarakat pada masa pemerintahan Hindia Belanda ia gambarkan dengan begitu jelas. Berbagai permasalahan ia tuliskan dengan jelas hampir tanpa celah. Dalam tulisannya sendiri ia mengisahkan tentang kisah cinta antara seorang pribumi dengan gadis Indo keturunan Belanda.
     Minke, seorang pribumi yang mempunyai pola pikir layaknya seorang Eropa, ia memang bukanlah keturunan pribumi biasa, dalam darahnya masih mengalir darah para raja jawa, tetapi dirinya sendiri sudah hampir bukan seorang jawa, hanya tubuhnya saja yang jawa tetapi semua pandangannya tentang hidup sudah benar-benar seperti pandangan seorang Eropa. Suatu hal yang tidak biasa pada zamannya. Ia adalah seorang pemuda yang cerdas, penyuka sastra, berbeda dengan pemuda lain. Annelis Mellema, gadis yang begitu cantik, bahkan dalam buku ini kecantikannya melebihi kecantikan dari Ratu Nederland pada saat itu, Ratu Wihelmina. Ia merupakan putri dari seorang Nyai, bukan seorang Nyai biasa, bukan hanya seorang gundik yang seringkali dianggap menjijikkan. Ia merupakan putri dari seorang ibu yang luar biasa, seorang ibu yang begitu mampu mengurusi banyak pekerjaan setelah Tuan Mellema, suami tidak sahnya, berubah menjadi orang gila orang yang sudah tidak peduli pada apapun disekelilingnya. Annelis lebih memilih untuk menjadi seorang pribumi seperti ibunya, walaupun ayahnya merupakan seorang belanda. Gadis ini begitu manja pada mamanya, sikapnya begitu manis. Sangat bertolak belakang dengan sikap Annelis, abangnya, Robert Mellema merasa bahwa dirinya seorang belanda tulen dan ia pun tidak menganggap Nyai sebagai ibunya. Ia sangat mengagumi ayahnya walaupun ayahnya sendiri sudah tidak perduli lagi termasuk dirinya.
     Dalam buku ini Pramoedya menunjukkan betapa pentingnya belajar, dengan belajar, dapat mengubah nasib, seperti dalam buku ini, Nyai yang tidak bersekolah, dapat menjadi seorang guru yang hebat bagi siswa H.B.S Minke. Bahkan pengetahuan si Nyai yang didapat dari pengalaman, dari buku-buku dan dari kehidupan sehari-hari, ternyata lebih luas dari guru-guru sekolah H.B.S.
Pramoedya menuliskan kisah ini dengan sangat indah, kata-kata puitis bertebaran disana-sini. Berbagai konflik terjadi, permasalahn disana-sini. Semua ia gambarkan dengan nyata. Kisah dimulai dengan keseharian Minke, seorang Siswa H.B.S dengan berbagai kegiatannya, kemudian digambarkan berbagai situasi pada masa itu. Keseharian masyarakat pada masa itu. Semua diceritakan oleh Pramoedya dengan begitu cerdas. Pada suatu waktu, Minke diajak oleh temannya Robert Surhof untuk datang ke rumah temannya Wonokromo. Minke sudah sering mendengar desas-desus tentang keberadaan satu keluarga yang mempunyai perusahaan besar di Wonokromo itu. Nyai Ontosoroh, begitulah orang kampong menyebutnya. Pemilik dari perusahan bernama Boerderij Boeitenzorg, disukai Nyai memiliki kekuatan yang membuat tuannya sendiri bertekuk lutut padanya. Selain itu Nyai juga mempunyai pengawal yang begitu menyeramkan yang bernama Darsam. Saat itu Mike ketakutan memikirkan hal itu, tetapi tiba-tiba kereta kuda merak berhenti di depan gerbang sebuah rumah megah, lalu Robert Surhof mengajak turun. Dalam pikiran Minke berkecamuk, inikah rumah Nyai Ontosoroh ???, Robert Surhof tidak peduli pada berita itu karena ia seorang totok, belanda tulen dan tidak pernah peduli dengan apa yang dibicarakan oleh para pribumi. Mereka berdua masuk, dan disinilah kisah cinta ini dimulai dengan berbagai konflik yang rumit dan menegangkan.
Walaupun buku ini memuat kisah cinta, tetapi buku ini tidak mengajarkan kita untuk menjadi cengeng karena sesuatu yang bernama “Cinta”.


 KELEBIHAN
      Buku ini membuat seolah-olah berada pada masa itu, menyaksikan langsung berbagai peristiwa yang terjadi, membuka pikiran kita tentang kehidupan dalam masa pemerintahan Hindia Belanda. Buku ini sesungguhnya memuat semua hal yang sering terjadi pada akhir abad 19 dan menjelang abad 20. Pemikiran-pemikiran untuk keadilan para pribumi, sikap masyarakat yang ada pada saat itu, strata sosial yang ada pada saat itu, semuanya terbalut dengan indah dalam kisah cinta yang terjalin antara Minke dan Annelis.

 
KEKURANGAN
      Buku ini cocok untuk dibaca semua kalangan remaja, mahasiswa, tapi sangat tidak cocok dibaca bagi anak-anak, karena di dalam buku ini bahasa yang digunakan lumayan tinggi dan butuh cukup berfikir saat membaca tiap paragrafnya. Itulah kekurangan dari buku ini. Tapi isinya sangat bagus sekali.
  

TOKOH
1. Minke.
2. Annelies.
3. Ontosoroh/Sanikem. ...
4. Robert Mellema
5. Jan Dapperste/Panji Darman
6. Robert Suurhof
7.Bupati B, ayah Minke
8.Ibu Minke.

Resensi Novel Rentang Kisah








 Gambar terkait
 

Judul Buku      : Rentang Kisah

Penulis             : Gita Savitri Devi

Tebal Buku      : 207

Penerbit           : Gagas Media

Tahun Terbit    : 2017

SINOPSIS
Gita Savitri Devi adalah seorang vloger yang banyak diidolakan oleh remaja Indonesia karena isi vlognya yang banyak menginspirasi, keluesannya berbicara di depan kamera dan juga karena konten-kontennya yang banyak mengkritik keadaan Indonesia menjadikannya mendapatkan tempat dihati masyarakat. Seorang lulusan Kimia Murni di Freie Universitat Berlin ini merasa risih melihat aktivitas media sosial pemuda Indonesia yang isinya kurang berfaedah, dia berusaha merubah hal tersebut dengan menjadikan media sosial untuk hal-hal yang positif. Selain aktif sebagai youtuber Gita yang masih betah tinggal di Jerman ini juga aktif menulis di blog.
Buku Rentang Kisah adalah buku pertamanya, buku ini menceritakan perjalanan hidupnya dari mulai SMA hingga sekarang. Diawal bab, diceritakan bagaimana Gita di SMA dan juga hubungannya dengan sang Ibu. Dibagian ini kita dibawa suasana haru yang membuat kita melihat bagaimana perjuangan seorang ibu menyayangi kita yang sering kali kita benci hanya karena beda pendapat “ Dulu aku terlalu kekanak-kanakan, menginginkan Ibu memperlakukanku semanis ibu-ibu di Sinetron. Aku pengin dibelai-belai, dipuji, dan dipeluk. Sementara, Ia punya cara sendiri dalam menunjukan rasa sayang ke anaknya”.
Di buku ini juga dibahas bagaiamana terkadang hidup tidak sesuai dengan yang kita rencanakan. Seperti halnya Gita yang sudah lulus masuk ITB tapi tiba-tiba memilih kuliah di Jerman mengikuti keinginan ibunya. Dibagian ini Gita menceritakan bagaiama kekecewaan dia ketika semua rencana yang telah dia buat harus dirombak total. Dari kejadian itu pula Gita belajar untuk berpikir positif. “Untuk kali pertama aku belajar Ikhlas dan berprasangka baik atas jalan yang Allah kasih. Mungkin ini cara Dia untuk mendewasakan aku”
Gita juga berbagi kisah asmaranya dalam buku ini, bagaiamana dia pernah di sakiti sampai akhirnya bertemu seorang yang dianggap sebagai teman hidup. Disini juga diceritakan tentang awal hubungannya yang beda agama dan bagaimana Paulus kemudian menjemput hidayahnya yang akhirnya juga merubahnya menjadi lebih baik dan terus belajar tentang Islam sampai kemudian bersyukur hidup sebagai seorang muslim.
Singkatnya buku ini mengisahkan bagaimana Perjalanan hidup Gita hingga menjadi sosoknya yang sekarang. Gita yang dulunya seorang pemarah, gengsi dan egonya tinggi, sekarang bisa menjalani hidup dengan nyaman. “aku harus selalu sadar, pada dasarnya hidup yang aku miliki ini bukan diisi dengan mengejar ini dan itu, tapi untuk menghadapi dan menikmati keseruan yang dikasih sama Allah”
Membaca buku ini kita akan mengerti bagaimana kita seharusnya menghadapi kehidupan, bahwa hidup itu tak selamanya mulus, tak semua yang kita inginkan itu dapat terwujud, Allah punya cara lain untuk membuat hidup kita berarti. Membaca buku ini mengajarkan kita untuk belajar Ikhlas dan juga bersyukur dengan hidup yang kita jalani.
  
KELEBIHAN
       bahasa yang disampaikan gita begitu mengalir sehingga pembaca nyaman membacanya sampai tak terasa sudah di bab terakhir. Motivasi-motivasi yang disampaikan begitu ngena tanpa rasa digurui. Buku ini cocok bagi yang sedang galau menentukan masa depan.
Kekurangannya, karena bahasa yang digunakan begitu nyaman sampai tak terasa kalau buku ini telah selesai dibaca. 

KEKURANGAN
       Bagi saya pembahasannya kurang panjang. Karena buku ini buku tentang kisah hidupnya jadi bagaimana kita memandang bahwa kisah ini menginspirasi atau biasa saja tergantung perspektif masing-masing menilai sosok si penulis tersebut.

TOKOH
1. Gita: mempunyai karakter sopan dan menyayangi orang tua
2. Ibu gita: penyayang
3. Teman-teman Gita

Friday, November 22, 2019

Resensi Novel Pergi-Tere Liye



https://bpa.pekanbaru.go.id/wp-content/uploads/2018/07/pergiii.png
IDENTITAS BUKU
Judul Buku                  : Pergi
Penulis                         : Tere Liye; Co-author: Sarippudin
Penerbit                       : Republika Penerbit
Jumlah Halaman          : iv + 455 halaman
Genre                          : Aksi, Drama
ISBN                           : 978-602-5734-05-2
Tahun Terbit                : April 2018 
Harga Buku                 : Rp. 79.000,- (di buku republika.id) 

SINOPSIS
Novel berjudul “Pergi”, yang merupakan sekuel dari novel sebelumnya, “Pulang”, yang terbit tahun 2015 lalu.
Sama halnya dengan novel sekuel lainnya, novel ini secara utuh akan menceritakan kelanjutan hidup si tokoh utama yang ada pada novel sebelumnya, Bujang a.k.a Si Babi Hutan a.k.a Agam, yang kini menjadi seorang Tauke Besar Keluarga Tong, salah satu dari delapan keluarga penguasa shadow economy terbesar se-Asia Pasifik, menggantikan Tauke Besar lama (cerita lengkapnya bisa dibaca pada novel Pulang). Mulai dari awal hingga akhir, kita akan disuguhkan dengan kisah yang latar tempat, suasana, dan tokohnya tidak asing lagi—bagi yang sudah membaca novel Pulang. Akan tetapi, sepertinya Tere Liye menyuguhkan sesuatu yang “berbeda” dibandingkan novel sebelumnya. Jika pada novel sebelumnya membahas tentang kemanakah Bujang akan membawa dirinya “pulang”, maka pada novel ini akan membahas tentang kemanakah Bujang akan membawa Keluarga Tong dan dirinya sendiri “pergi”. Akan banyak cerita dan teka-teki masa lalu yang diungkapkan dalam perjalanan Bujang mencari tempat untuk ‘pergi’-nya.
... Sejatinya kemana kita akan pergi setelah tahu definisi pulang tersebut? Apa yang harus dilakukan? Berangkat ke mana? Bersama siapa? Apa ‘kendaraannya’? Dan ke mana tujuannya? Apa sebenarnya tujuan hidup kita? Itulah persimpangan hidupmu sekarang, Bujang. Menemukan jawaban tersebut. ‘Kamu akan pergi ke mana’, Nak?” (halaman 86).
Cerita ini diawali dengan sebuah lirik lagu Meksiko yang diterjemahkan oleh Salonga—guru menembak Bujang—dalam sebuah misi untuk menyelamatkan prototype teknologi anti serangan siber yang sedang dikembangankan oleh Keluarga Tong yang dicuri oleh El Pacho, sindikat penyelundup narkoba terbesar di Amerika Selatan, yang secara tidak langsung hal ini juga berhubungan dengan muslihat Master Dragon—salah satu penguasa Shadow Economy terkuat yang bermarkas di Hong Kong. Dalam misi tersebut Bujang ditemani oleh Salonga, White, serta si kembar;Yuki dan Kiko. Singkat cerita mereka bertemu dengan seorang lelaki misterius bertopeng khas tokoh terkenal, Zorro, dengan gitar yang diselempangkan di punggungnya. Lelaki misterius bertopeng tersebut menantang Bujang untuk berduel satu lawan satu untuk memutuskan siapa yang berhak membawa prototype teknologi anti serangan siber tersebut. Dengan penuh kepercayaan diri Bujang menerima tantangan tersebut, akan tetapi, lelaki misterius bertopeng yang menjadi lawannya itu bukanlah lawan yang pantas untuk diremehkan. Kemisteriusan lelaki bertopeng tersebut semakin bertambah ketika pada saat-saat terakir sebelum ia menghilang, ia memanggil Bujang dengan panggilan “Hermanito”, yang memiliki arti “my little brother”.
Teka-teki tentang panggilan hermanito ini yang akan mengantar Bujang pada penelusurannya tentang kisah hidup bapaknya yang ia benci, termasuk kisah cinta bapaknya yang ternyata tidak hanya pada Midah, ibu Bujang. Teka-teki masa lalu ini pula yang akan mempengaruhi Bujang dalam menentukan ke mana ia akan membawa Keluarga Tong dan dirinya sendiri “pergi”. Dalam novel ini, kisah percintaan paling dominan adalah tentang kisah cinta Samad bapak Bujang yang rumit. Tapi percayalah, justru kisah cinta ini yang akan menjadi salah satu bumbu penyedap yang menjadikan pembacanya ingin terus membuka lembar demi lembar. Kisah cinta yang disuguhkan akan terasa manis sekaligus pahit, sehingga kisah tentang bapak Bujang ini akan menjadi salah satu bagian yang paling ditunggu-tunggu.
Bukan hanya tentang kisah cinta, novel ini juga tidak akan lepas dari aksi-aksi Bujang, Keluarga Tong beserta aliansinya melawan Master Dragon beserta antek-anteknya. Yang juga saya suka dari novel ini adalah bagaimana Bujang menyampaikan ide-ide briliannya. Serta bagaimana Salonga menjelaskan banyak hal pada Bujang. Adegan perkelahian juga tidak akan lepas, meskipun porsinya menurut saya lebih sedikit jika dibandingkan dengan novel Pulang.
Tidak hanya melulu berlatar suasana tegang dan serius dari awal sampai akhir, dalam novel ini ada beberapa bagian yang akan membuat tertawa dan terhibur. Adanya tokoh-tokoh yang bertingkah kocak membuat pembaca bisa menikmati cerita dengan lebih santai dan tidak melulu berpikir serius. Salah satu bagian yang paling menghibur menurut saya adalah saat Salonga memrahi Bujang karena kalah dalam ronde pertama saat duel dengan Maria.
Konsentrasi! Fokus!Salonga mendengus, “Atau jangan-jangan kamu tak bisa mengedipkan mata melihat gadis cantik itu, hah? Terpesona melihat mata birunya?” (halaman 317).
Atau pada saat Yuki dan Kiko menggoda Payong di dalam mobil saat perjalanan menuju Ibu Kota
            “Astaga, aku dipanggil nyonya.Kiko  menepuk dahinya, “Apakah aku terlihat seperti ibu-ibu, heh? Bawa gelang emas sekilo, menor? Lihat penampilan kami sangat modis dan berjiwa muda”(halaman 68).

IKHTISAR
Dalam novel ini, pembaca akan bertemu dengan tokoh-tokoh lama yang sebelumnya ada di novel Pulang. Seperti yang disebutkan sebelumnya, tokoh-tokoh tersebut antara lain Salonga, Yuki dan Kiko, White, Tuanku Imam, Togar, Master Dragon, dan masih banyak lagi. Selain itu akan muncul pula tokoh lama yang tak disangka akan muncul kembali, Basyir. Lantas untuk apa Basyir kembali muncul? Apakah ia akan melakukan pengkhiatan lagi?
Pengembangan setiap karakter terjadi dengan sangat baik. Bujang yang menjadi Main Character pada kisah ini mengalami pengembangan yang luar biasa, ia berubah menjadi lelaki dewasa dengan tanggung jawab penuh sebagai Tauke Besar, oleh sebab itu akan ditunjukkan banyaknya pertimbangan Bujang dalam memecahkan masalah.
Salonga juga memiliki porsi yang banyak kemunculannya. Ia terus mendampingi Bujang mulai dari awal hingga akhir cerita. Kehadiran Salonga yang berperan sepertu teman sekaligus bapak ini menjadikan novel ini lebih meriah. Terlebih dengan penokohan Salonga yang suka meledek dan memarahi Bujang, entah mengapa itu menjadi humor tersendiri. Selain itu, tokoh lain seperti Yuki dan Kiko, Togar, White, dan lainnya memiliki porsi yang pas dalam cerita ini. Setiap karakter memiliki peranannya sendiri-sendiri yang saling melengkapi satu sama lain.
      Selain tokoh lama yang muncul, banyak juga tokoh baru yang baru muncul di novel Pergi ini. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya ialah Rambang, Lubai, Otets dan Maria, Hiro dan Kaeda Yamaguchi,Vasily, Yurii si pembuat bom, serta Diego dan Catrina yang memegang banyak rahasia, dan banyak tokoh lainnya. Semuanya dikisahkan dengan apik dan rapi, sehingga membuat pembaca tertarik dengan kisah yang dibawa oleh tokoh-tokoh baru tersebut.
Tidak hanya tokoh lama dan tokoh baru, Tere Liye nampaknya mulai senang memunculkan tokoh cameo dalam novelnya. Kali ini Thomas (tokoh dalam novel “Negeri di Ujung Tanduk” dan “Negeri Para Bedebah”) yang muncul membantu Bujang dalam suatu keadaan. Selain itu, nahkoda kapal Von Humboldt, yang bernama Philips, saya merasa yakin nahkoda tersebut adalah keturunan dari nahkoda kapal Blitar Holland yang ada pada novel “Rindu” yang juga bernama Philips. Hal ini tidak pertama kali dilakukan, sebab pada novel “Tentang Kamu”, Tere Liye juga memunculkan cameo pada novelnya. Dan menurut saya ini sangat menyenangkan membacanya, terlebih jika cameo-nya yang dimunculkan merupakan bagian dari universe kepenulisan Tere Liye. Antara novel satu dengan yang lain, tokoh satu dengan yang lain menjadi terasa dekat.
Bagi saya pribadi, tokoh yang paling saya senangi dalam novel Pergi ini adalah Salonga. Kehadiran Salonga untuk selalu menemani Bujang menurut saya sangat pas sebagai penasehat Bujang dan sebagai pemecah suasana. Beberapa kali saya sampai tertawa membaca dialog maupun situasi yang dimunculkan dari Salonga. Salah satu di antaranya adalah saat Bujang mengomel dalam hati karena Salonga mengomelinya gara-gara kalah dari Maria.
Astaga. Aku punya tiga guru penting dalam hidupku. Kopong, Guru Bushi, dan Salong. Dua sudah meninggal, menyisakan Salonga. Dan dialah guru paling menyebalkan yang pernah kumiliki. Dulu tak kurang ribuan kali dia memakiku bodoh, sekarang? Bukannya mendukungku, memberi motovasi, dia justru mengeluarkan kalimat menyebalkan itu (menggoda Bujang tentang Maria)”, halaman 317-318. Dan pada pembicaraan penting saat sunrise di kapal Van Humboldt,“atau minimal, jika kamu belum bisa menentukan hendak pergi ke mana, Moscow mungkin bisa jadi pilihan yang baik”, “Moscow?”, “yeah, Moscow. Ada seorang gadis cantik, pintar, dan berani yang telah menyerahkan hatiya kepadamu di sana, Bujang. Maria, namanya—kalau kamu lupa.Salonga terkekeh, “Hidupmu mungkin lebih berwarna setelah menikah.”halaman 396.
DESAIN COVER
      Desain cover depan pada novel ini menggambarkan jalanan perkotaan di sore hari dengan warna dasar biru tua. Mungkin yang dimaksud dalam gambar ini menyiratkan jalanan mana yang akan Bujang lalui untuk membawa Keluarga Tong dan dirinya “pergi”. Saya menyukai desain cover untuk novel Pergi ini.


KELEBIHAN
     Banyak sekali kelebihan yang bisa ditemui dalam novel ini. Di antaranya ialah, pertama, menambah kosa kata bahasa asing. Karena cerita ini akan membawa kita “jalan-jalan” ke banyak negara, maka tidak heran kalau banyak kosa kata bahasa asing yang menambah ke-khas-an dialog. Saya tidak bisa menyebutkan satu persatu kosa kata bahasa asing tersebut, akan tetapi kosa kata tersebut berasal dari bahasa Spanyol, Jepang, Inggris, serta Moscow. 
       Kedua berkenaan dengan penggunaan bahasa. Saya selalu menyukai gaya bahasa Tere Liye. Ini merupakan poin penting bagi saya. Tere Liye selalu berhasil menyederhanakan sesuatu yang rumit. Bahasa yang digunakan selalu lancar, sederhana, renyah, namun tetap indah. Setiap pemilihan katanya selalu pas dan membuat pembacanya merasa memiliki pengetahuan baru. Ini juga yang membuat saya jatuh cinta pada dunia kepenulisan Tere Liye. Penggunaan bahasanya bagi saya pas untuk semua orang. Meskipun beliau menulis novel ini bersama dengan co-author, akan tetapi saya merasa bahwa gaya bahasa yang digunakan sama dengan novel-novel karangan beliau sebelumnya.

KEKURANGAN 
     Saya yakin sepenuhnya, setiap tulisan manusia pasti memiliki kekurangan. Tak lepas pula dari novel ini. Kekurangan yang saya temukan dalam novel ini, pertama,tidak ada terjemahan pada setiap kosa kata asing. Baiklah, mungkin memang bagus untuk membuat pembaca penasaran sehingga mencari sendiri arti dari bahasa asing yang telah disampaikan, meskipun pula arti beberapa kosa kata akan dijelaskan secara tidak langsung pada dialog selanjutnya maupun narasi selanjutnya, akan tetapi menurut saya akan lebih mudah untuk dipahami jika dibuatkan catatan kaki di bagian bawah halaman atau dibuatkan glosarium di halaman belakang setelah epilog. Tidak semua pembaca rela jika keseruan membacanya menjadi terpotong untuk mencari arti satu-dua kata asing dalam novel karena penasaran arti kata yang disampaikan karakter cerita. Terutama pada tulisan dari bahasa Moscow, mohon maaf sekali, tidak semua orang bisa membaca tulisan dengan bahasa Moscow (termasuk saya, hehe). Jujur saja saya penasaran dengan bagaimana cara membaca dan arti dari kalimat tersebut, tapi sepertinya saya harus sedikit belajar dulu tentang bahasa itu, itu akan membutuhkan waktu. 
       Kedua, saya menemukan beberapa penulisan yang salah ketik. Meskipun tidak terlalu banyak dan tidak mempengaruhi isi cerita, akan tetapi ini bisa digunakan bahan koreksi. Berikut beberapa di antaranya. “Itu berarti pukul 19.00, pembunuh Kim harus sudah mati” (halaman149). Sepertinya yang dimaksud dalam kalimat tersebut bukan pembunuh Kim, akan tetapi pembunuh Rambang. Sebab bibi Kim--ibu Rambang--beliau ada di rumah bersama suaminya dan tidak meninggal. Selanjutnya, “...departemen, sesuai organisasi Keluara Tong” (halaman 160), seharusnya “Keluarga Tong”; “...tiga sedang hitam” (halaman 292), mungkin yang dimaksud “tiga sedan hitam”; “...tukang pukul Keluarag Lin” (halaman 368), seharusnya “Keluarga Lin”; “...sejauh 400meter” (halaman 383), seharusnya “400 meter”; dan “...alat komunikaskui” (halaman 427) , seharusnya “alat komunikasiku”. Akan tetapi, kesalahan-kesalahan ketik tersebut sangat manusiawi dan sama sekali tidak berdampak pada isi cerita. mungkin penulis dan editor sangat bersemangat saat mengerjakan naskah novel ini.

TOKOH
1. Bujang: berperan sebagai tokoh utama
2. Yuki dan Kiko: sebagai tokoh utama yang sifatnya menggemaskan dan centil
3. Salonga: berperan sebagai guru yang menembak Bujang
4. Lubai, Otets, Rambang, Maria, dan Hiro: sebagai tokoh pendamping
5. Kaeda, Yuri, Diego, Catrina, dan tokoh-tokoh lainnya yang ikut serta menyukseskan hingga akhir cerita.