IDENTITAS NOVEL
Judul buku : Critical Eleven
Pengarang : Ika Natassa
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2017
ISBN : 9786020318929
Estimasi berat : 0.28 kg
Tahun terbit : 10 Agustus 2015
Lebar buku : 13 cm
Panjang buku : 20 cm
Halaman : 344 halaman
Bahasa : Indonesia
Tipe cover : Soft cover
Harga buku : Rp. 79.000
SINOPSIS
Novel
Critical Eleven menceritakan tentang kisah romansa yang berawal dari
pertemuan antara Anya dan Ale dalam perjalanan udaranya dari Jakarta
menuju Sydney. Dari perkenalan singkat inilah muncul istilah Critical
Eleven, istilah
tersebut berasal dari dunia penerbangan yang artinya sebelas menit
paling kritis dalam penerbangan yaitu tiga menit saat lepas landas
dan delapan menit sebelum mendarat. Pertemuan tersebut akhirnya
membawa hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Keduanya harus
menjalin hubungan jarak jauh dikarenakan Ale berprofesi sebagai
petroleum engineer di Amerika dan Anya berprofesi sebagai management
consultant di Jakarta, namun hal tersebut tidak sedikitpun
mengurangi kemesraan dan keharmonisan hubungan mereka yang bahkan
akan membuat beberapa orang iri ketika membacanya. Konflik cerita
dimulai setelah Anya mengalami keguguran di usia kandungan yang
terbilang sudah tua, pada saat itu pula Ale mengatakan hal yang
tidak terduga sehingga menyinggung perasaan Anya dan akhirnya
menjadikan hubungan mereka merenggang bahkan sampai pisah ranjang.
Keharmonisan rumah tangga mereka pun langsung sirna begitu saja,
semuanya berubah menjadi rumit, pelik dan mengharukan.
KELEBIHAN
NOVEL
Karakter dan peran tokoh dalam cerita ini terasa sangat
nyata menggunakan bahasa yang sangat elegan dan memukau bagi para
pembaca. Banyak sekali kutipan kalimat indah di setiap paragrafnya.
Terdapat banyak pelajaran hidup terutama dalam hal rumah tangga
seperti tidak mengumbar konflik dalam rumah tangga kepada orang tua
atau mertua, mereka bersikap seolah baik – baik saja di hadapan
kedua orang tua masing – masing tanpa memperlihatkan sedikitpun
adanya masalah diantara mereka berdua. Serta banyak referensi menarik
mengenai barang-barang mewah dan bermerek dan pengetahuan umum.
KEKURANGAN
NOVEL
Menurut saya kekurangan dari novel ini terdapat pada
kurangnya riset mengenai perkembangan masa kehamilan, karena
keguguran di usia kandungan yang terbilang tua seperti yang Anya
alami itu sangat kecil sekali kemungkinannya apalagi hanya dkarenakan
terlalu sibuk dengan pekerjaan atau kecapean, hal tersebut menjadi
kurang logis saja. Pada masa kehamilan bulan ke – 9 harusnya bayi
dalam kandungan sudah sangat kuat, keguguran di trimester 3 tersebut
akan lebih logis apabila di ceritanya Anya mengalami kecelakaan
seperti jatuh dari tangga atau lainnya.
Tidak selarasnya karakter tokoh dengan faktor pendukung,
seperti Ale yang memelihara anjing bernama 'Jack' sedangkan dalam
cerita Ale merupakan seorang muslim dan taat pada agamanya. Dan juga
kebiasaan Anya meminum wine, namun yang saya tangkap disini mungkin
Ika ingin menerapkan gaya hidup modern pada kisah romansa Anya dan
Ale.
TOKOH DAN PENOKOHAN
1. Anya : sabar, baik hati, penyabar, dan ceria
2. Ale : pekerja keras, penyayang, baik hati, dan mudah emosi
3. Agnes : sahabat Anya yang baik hati
4. Donny : sahabat Anya yang suka menolong
5. Hasegawa: sahabat Anya yang suka menolong
6. Ibu Ale : baik dan penyayang
7. Adik Ale : ramah dan baik hati
8. Tini : teman Anya
Judul Buku : Pergi
Harga Buku : Rp. 79.000,- (di buku republika.id)
SINOPSIS
Teka-teki tentang panggilan hermanito ini yang akan mengantar Bujang pada penelusurannya tentang kisah hidup bapaknya yang ia benci, termasuk kisah cinta bapaknya yang ternyata tidak hanya pada Midah, ibu Bujang. Teka-teki masa lalu ini pula yang akan mempengaruhi Bujang dalam menentukan ke mana ia akan membawa Keluarga Tong dan dirinya sendiri “pergi”. Dalam novel ini, kisah percintaan paling dominan adalah tentang kisah cinta Samad bapak Bujang yang rumit. Tapi percayalah, justru kisah cinta ini yang akan menjadi salah satu bumbu penyedap yang menjadikan pembacanya ingin terus membuka lembar demi lembar. Kisah cinta yang disuguhkan akan terasa manis sekaligus pahit, sehingga kisah tentang bapak Bujang ini akan menjadi salah satu bagian yang paling ditunggu-tunggu.
Pengembangan setiap karakter terjadi dengan sangat baik. Bujang yang menjadi Main Character pada kisah ini mengalami pengembangan yang luar biasa, ia berubah menjadi lelaki dewasa dengan tanggung jawab penuh sebagai Tauke Besar, oleh sebab itu akan ditunjukkan banyaknya pertimbangan Bujang dalam memecahkan masalah.
Selain tokoh lama yang muncul, banyak juga tokoh baru yang baru muncul di novel Pergi ini. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya ialah Rambang, Lubai, Otets dan Maria, Hiro dan Kaeda Yamaguchi,Vasily, Yurii si pembuat bom, serta Diego dan Catrina yang memegang banyak rahasia, dan banyak tokoh lainnya. Semuanya dikisahkan dengan apik dan rapi, sehingga membuat pembaca tertarik dengan kisah yang dibawa oleh tokoh-tokoh baru tersebut.
Desain cover depan pada novel ini menggambarkan jalanan perkotaan di sore hari dengan warna dasar biru tua. Mungkin yang dimaksud dalam gambar ini menyiratkan jalanan mana yang akan Bujang lalui untuk membawa Keluarga Tong dan dirinya “pergi”. Saya menyukai desain cover untuk novel Pergi ini.
Banyak sekali kelebihan yang bisa ditemui dalam novel ini. Di antaranya ialah, pertama, menambah kosa kata bahasa asing. Karena cerita ini akan membawa kita “jalan-jalan” ke banyak negara, maka tidak heran kalau banyak kosa kata bahasa asing yang menambah ke-khas-an dialog. Saya tidak bisa menyebutkan satu persatu kosa kata bahasa asing tersebut, akan tetapi kosa kata tersebut berasal dari bahasa Spanyol, Jepang, Inggris, serta Moscow.
Kedua berkenaan dengan penggunaan bahasa. Saya selalu menyukai gaya bahasa Tere Liye. Ini merupakan poin penting bagi saya. Tere Liye selalu berhasil menyederhanakan sesuatu yang rumit. Bahasa yang digunakan selalu lancar, sederhana, renyah, namun tetap indah. Setiap pemilihan katanya selalu pas dan membuat pembacanya merasa memiliki pengetahuan baru. Ini juga yang membuat saya jatuh cinta pada dunia kepenulisan Tere Liye. Penggunaan bahasanya bagi saya pas untuk semua orang. Meskipun beliau menulis novel ini bersama dengan co-author, akan tetapi saya merasa bahwa gaya bahasa yang digunakan sama dengan novel-novel karangan beliau sebelumnya.
Saya yakin sepenuhnya, setiap tulisan manusia pasti memiliki kekurangan. Tak lepas pula dari novel ini. Kekurangan yang saya temukan dalam novel ini, pertama,tidak ada terjemahan pada setiap kosa kata asing. Baiklah, mungkin memang bagus untuk membuat pembaca penasaran sehingga mencari sendiri arti dari bahasa asing yang telah disampaikan, meskipun pula arti beberapa kosa kata akan dijelaskan secara tidak langsung pada dialog selanjutnya maupun narasi selanjutnya, akan tetapi menurut saya akan lebih mudah untuk dipahami jika dibuatkan catatan kaki di bagian bawah halaman atau dibuatkan glosarium di halaman belakang setelah epilog. Tidak semua pembaca rela jika keseruan membacanya menjadi terpotong untuk mencari arti satu-dua kata asing dalam novel karena penasaran arti kata yang disampaikan karakter cerita. Terutama pada tulisan dari bahasa Moscow, mohon maaf sekali, tidak semua orang bisa membaca tulisan dengan bahasa Moscow (termasuk saya, hehe). Jujur saja saya penasaran dengan bagaimana cara membaca dan arti dari kalimat tersebut, tapi sepertinya saya harus sedikit belajar dulu tentang bahasa itu, itu akan membutuhkan waktu.
Kedua, saya menemukan beberapa penulisan yang salah ketik. Meskipun tidak terlalu banyak dan tidak mempengaruhi isi cerita, akan tetapi ini bisa digunakan bahan koreksi. Berikut beberapa di antaranya. “Itu berarti pukul 19.00, pembunuh Kim harus sudah mati” (halaman149). Sepertinya yang dimaksud dalam kalimat tersebut bukan pembunuh Kim, akan tetapi pembunuh Rambang. Sebab bibi Kim--ibu Rambang--beliau ada di rumah bersama suaminya dan tidak meninggal. Selanjutnya, “...departemen, sesuai organisasi Keluara Tong” (halaman 160), seharusnya “Keluarga Tong”; “...tiga sedang hitam” (halaman 292), mungkin yang dimaksud “tiga sedan hitam”; “...tukang pukul Keluarag Lin” (halaman 368), seharusnya “Keluarga Lin”; “...sejauh 400meter” (halaman 383), seharusnya “400 meter”; dan “...alat komunikaskui” (halaman 427) , seharusnya “alat komunikasiku”. Akan tetapi, kesalahan-kesalahan ketik tersebut sangat manusiawi dan sama sekali tidak berdampak pada isi cerita. mungkin penulis dan editor sangat bersemangat saat mengerjakan naskah novel ini.